Kamis, 28 November 2013

Penyebab tindihan atau sleep paralysis

Pernahkah anda mengalami tindihan?
Apa yang anda rasakan ketika itu?
Apa yang ada dibenak pikiran anda ketika tragedi berlangsung?

Tindihan???

Secara medis, fenomena tindihan disebut sleep paralysis. Gejala ini bukan hal yang luar biasa, amat wajar terjadi terutama pada mereka yang kurang tidur. Saat tubuh sangat lelah, sedang beristirahat, ternyata otak tidak bisa diajak kompromi untuk istirahat. Otak manusia masih terjaga, namun karena anggota tubuh sedang tidur, otak hanya dapat membuat indra tertentu terjaga, seperti mata yang masih dapat melirik/melihat situasi dan telinga yang dapat mendengar stimuli.

Mengapa bisa sulit bernapas? Barangkali ruangan tempatnya tidur pengap, ventilasinya kurang besar, aliran udara dalam ruangan tertahan. Mengapa panik? Karena kita tidak biasa menghadapi hal itu. Mengapa saat itu terjadi terasa ketakutan? Karena kita susah bangun dan menggerakkan anggota tubuh, mau berteriak pun susah. Kita berpikir yang jelek tentang situasi itu. Mengapa ada bayangan hitam saat tindihan? Itu halusinasi. Jadi semuanya berpangkal pada otak manusia.
Secara sain, gelombang pada otak dapat dijelaskan sebagai berikut (dalam http://danielrsn.wordpress.com)  :
Dalam otak terdapat jutaan sel syaraf yang saling berinteraksi, interaksi tersebut adalah berupa lompatan impuls yang berupa sinyal listrik dari satu neuron ke neuron yang lain. Lompatan – lompatan impuls ini kemudian menghasilkan suatu gelombang, semakin cepat frekuensi lompatan impuls maka
semakin besar frekuensi gelombang yang dihasilkan.
Besarnya frekuensi gelombang otak menandakan kondisi fisik, kesadaran. dan pikiran kita..
  1. Betha, frekuensi 12 – 25 Hz. Dominan pada saat kita dalam kondisi terjaga, menjalani aktifitas sehari-hari yang menuntut logika atau analisa tinggi.
  2. Alpha, frekuensi 8 – 12 Hz.Dominan pada saat tubuh dan pikiran rileks dan tetap waspada. Misalnya ketika kita sedang membaca, menulis, berdoa dan ketika kita fokus pada suatu obyek. Gelombang alpha berfungsi sebagai penghubung pikiran sadar dan bawah sadar. Alfa juga menandakan bahwa seseorang dalam kondisi light trance atau kondisi hypnosis yang ringan. Pada level ini sering terjadi mimpi atau hayalan.
  3. Theta, frekuensi 4 – 8 Hz. Dominan di saat kita dalam kondisi hypnosis, meditasi dalam, hamper tidur, atau tidur.
  4. Delta, frekuensi 0,1 – 4 Hz. Dominan saat tidur lelap tanpa mimpi. Dan juga dialami oleh mereka yang jatuh pingsan atau koma dengan skala yang ‘parah’. Dalam frekuensi ini otak memproduksi human growth hormone yang baik bagi kesehatan manusia. Bila seseorang tidur dalam keadaan delta yang stabil, kualitas tidurnya sangat tinggi. Meski tertidur hanya sebentar, ia akan bangun dengan tubuh tetap merasa segar. Dan di wilayah inilah tidur tahap paling dalam (Rapid Eye Movement) terjadi.
Pada keadaan normal, proses tidur manusia yang baik adalah berturut – turut dimulai dari Betha sampai Delta, namun jika keadaan tubuh kita sedang stress, kelelahan, dan jam tidur tidak teratur maka urutannya menjadi betha, alpha, delta, dan kembali ke betha. Karena gelombang otak dari tahap tidur dalam langsung lompat ke tahap sadar secara tiba – tiba, maka tubuh akan mengalami kesadaran di bagian tubuh atas (mata, telinga) tetapi bagian tubuh yang lain belum sadar (khususnya bagian bawah tubuh). Dan hal itu memicu fenomena sleep paralysis atau yang biasa disebut ketindihan. Yang menarik, saat tindihan terjadi kita sering mengalami halusinasi, seperti melihat sosok atau bayangan hitam di sekitar tempat tidur. Tak heran, fenomena ini pun sering dikaitkan dengan hal mistis.

Gelombang Otak

                                                                
                                        
Dari sudut pandang lainnya, yakni mistis, fenomena tindihan adalah gangguan jin. Manusia dalam kondisi lemah secara fisik/mental, kurang beristirahat/tidur, ditambah dengan tidak membaca doa sebelum tidur. Wajar saja bila diganggu jin karena manusia dalam kondisi kosong, mudah diganggu jin dan sebangsanya. Manusia sulit bangun dan bernapas karena ada yang menindih dan membekapnya. Rasa takut yang muncul adalah reaksi karena manusia merasakan jin  mengganggu dirinya.

 Bagaimana cara mengatasinya?
1. Perhatiakan tubuh anda jangan terlalu stress
2. Cukupkan tidur anda, sebisa mungkin minimal 6 jam per hari.
3. dan yang sangat penting, perhatikan etika sebelum tidur yang dianjurkan oleh rasulullah yaitu, bersiwak/menyikat gigi, mengambil wudhu, berdo'a sebelum tidur, memiringkan posisi tubuh ke kanan arah kiblat (lihat posisi tidur ala rasulullah), dan berdzikir hingga terlelap.

Insyaallah, anda akan terhindar dari tindihan atau sleep paralysis.



Sumber: http://imultidimensi.wordpress.com/2011/01/08/fenomena-tindihan-antara-medis-sain-dan-mistis/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar