Senin, 25 November 2013

Dongeng



Raja dan Burung Fanjah


            Dahulu kala, di daerah India ada seorang raja bernama Baridun, ia melihara seekor Burung Fanjah bersama anaknya Burung Piyik yang baru menetas. Kedua burung tersebut sangat fasih berbicara sehingga membuat raja terkagum.
            Sang raja sangat menyayangi kedua burung tersebut sehingga ia merintahkan agar dapat dipelihara di dekat istrinya, supaya ia selalu dapat menjaganya.
            Secara kebetulan, istri raja pun melahirkan seorang putra, ini membuat anak burung Fanjah sangat senang dan mereka selalu bermain bersama.
            Setiap hari Burung Fanjah terbang ke gunung untuk mencari buah-buahan yang tidak biasa, setiap hasil yang ia dapakan selalu dibagi dua, setengah untuk anak raja dan setengahnya lagi untuk anaknya. Ini membuat raja tambah menyayanginya. Suatu hari ketika Burung Fanjah pergi ke gunung dan anaknya ia tinggalkan di pangkuan anak raja, dan tanpa sengaja anak Burung Fanjah membuang kotoran di pangkuan anak raja, sehngga membuat anak raja sangat marah, lalu dipegangnya anak Burung Fanjah dan dibantingkannya ke lantai hingga mati.
            Ketika pulang, Burung Fanjah menemukan anaknya sudah mati, ia sangat sedih lalu ia berkata, “Sangat jahat para raja yang tidak bias menjaga perjanjiannya dengan baik dan tidak memiliki kesetiaan. Benar-benar celaka bagi orang yang diuji dengan persahabatan dengan para raja yang tidak memiliki harga diri dan kesetiaan dengan janji, dimana mereka tidak memiliki rasa cinta kepada siapa pun. Mereka tidak mau memuliakannya atau karena mereka membutuhkan ilmu yang dimilikinya, kemudian mereka baru mau memuliakannya.
            Setelah itu Burung Fanjah menyambar tepat di atas kepala anak raja lalu
dipatuknya mata anak raja hingga buta, kemudian ia kembali terbang dan hinggap di atas rumah.
            Kejadian tersebut diketahui oleh sang raja, ia sangat sedih sekaligus marah lalu sang raja berniat melakukan tipu muslihat, didekatkannya Burung Fanjah tersebut lalu berkata, “ Sesungguhnya kamu aman dan tidak perlu khawatir, maka turunlah wahai Fanjah!”
        Wahai raja, sesungguhnya seorang pengkhianat akan dihukum karena pengkhianatannya,”kata Burung Fanjah menjawab.
            Sungguh kami telah berkhianat terhadap anakmu, kemudian kamu membalas hukuman kepada kami, tapi kami tidak ingin membalasmu degan hukuman yang lain, maka kembalilah kepadaku dengan aman,”ucap sang raja membujuknya.
            “Selamanya aku tidak bakal kembali kepadamu, sesungguhnya kamu tidak menemukan rasa aman pada diri orang yang pendendam yang telah mendapatkan balasan hukuman, padahal itu bias dianggap lebih bias dipercaya ketimbang untuk menjauhkan diri darinya. Sedangkan jaga diri darinya adalah lebih baik. Maka, sekarang aku akan pergi meninggalkanmu, dan salam dariku, “kata Burung Fanjah menjawabnya.
            Kmudian, sang raja mengatakan, “Andaikan kamu tidak membalas kepada kami atas apa yang pernah kami lakukan kepadamu, atau tindakanmu terhadap kami itu tanpa diawali dengan pengkhianatan dari pihak kami, tentu masalahnya seperti yang kamu katakana. Akan tetapi kamilah yang memulainya lebih dahulu, lalu apa kesalahanmu terhadap kami? Dan apa yang menghalangimu untuk percaya kepada kami? Maka kemarilah, sesungguhnya kamu akan aman dan dijamin selamat.”

Apa yang dapat anda simpulkan dari cerita di atas? Silahkan tulis di kolom komentar.




Dikutip dari: Wasmukan (penerjemah), "Raja dan Burung Fanjah" dalam Hikayat Kalilah & Dimnah Fabel-Fabel Alegoris, Pustaka Hidayah, Bandung, 2004.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar