Raja
dan Burung Fanjah
Dahulu kala, di daerah India ada
seorang raja bernama Baridun, ia melihara seekor Burung Fanjah bersama anaknya
Burung Piyik yang baru menetas. Kedua burung tersebut sangat fasih berbicara
sehingga membuat raja terkagum.
Sang raja sangat menyayangi kedua
burung tersebut sehingga ia merintahkan agar dapat dipelihara di dekat
istrinya, supaya ia selalu dapat menjaganya.
Secara kebetulan, istri raja pun
melahirkan seorang putra, ini membuat anak burung Fanjah sangat senang dan
mereka selalu bermain bersama.
Setiap hari Burung Fanjah terbang ke
gunung untuk mencari buah-buahan yang tidak biasa, setiap hasil yang ia dapakan
selalu dibagi dua, setengah untuk anak raja dan setengahnya lagi untuk anaknya.
Ini membuat raja tambah menyayanginya. Suatu hari ketika Burung Fanjah pergi ke
gunung dan anaknya ia tinggalkan di pangkuan anak raja, dan tanpa sengaja anak
Burung Fanjah membuang kotoran di pangkuan anak raja, sehngga membuat anak raja
sangat marah, lalu dipegangnya anak Burung Fanjah dan dibantingkannya ke lantai
hingga mati.
Ketika pulang, Burung Fanjah
menemukan anaknya sudah mati, ia sangat sedih lalu ia berkata, “Sangat jahat para raja yang tidak bias menjaga
perjanjiannya dengan baik dan tidak memiliki kesetiaan. Benar-benar celaka bagi
orang yang diuji dengan persahabatan dengan para raja yang tidak memiliki harga
diri dan kesetiaan dengan janji, dimana mereka tidak memiliki rasa cinta kepada
siapa pun. Mereka tidak mau memuliakannya atau karena mereka membutuhkan ilmu
yang dimilikinya, kemudian mereka baru mau memuliakannya.”
Setelah itu Burung Fanjah menyambar
tepat di atas kepala anak raja lalu
dipatuknya mata anak raja hingga buta, kemudian ia kembali terbang dan hinggap di atas rumah.
dipatuknya mata anak raja hingga buta, kemudian ia kembali terbang dan hinggap di atas rumah.
Kejadian tersebut diketahui oleh
sang raja, ia sangat sedih sekaligus marah lalu sang raja berniat melakukan
tipu muslihat, didekatkannya Burung Fanjah tersebut lalu berkata, “ Sesungguhnya kamu aman dan tidak perlu
khawatir, maka turunlah wahai Fanjah!”
“Wahai
raja, sesungguhnya seorang pengkhianat akan dihukum karena pengkhianatannya,”kata
Burung Fanjah menjawab.
“Sungguh
kami telah berkhianat terhadap anakmu, kemudian kamu membalas hukuman kepada
kami, tapi kami tidak ingin membalasmu degan hukuman yang lain, maka kembalilah
kepadaku dengan aman,”ucap sang raja membujuknya.
“Selamanya
aku tidak bakal kembali kepadamu, sesungguhnya kamu tidak menemukan rasa aman
pada diri orang yang pendendam yang telah mendapatkan balasan hukuman, padahal
itu bias dianggap lebih bias dipercaya ketimbang untuk menjauhkan diri darinya.
Sedangkan jaga diri darinya adalah lebih baik. Maka, sekarang aku akan pergi
meninggalkanmu, dan salam dariku, “kata Burung Fanjah menjawabnya.
Kmudian, sang raja mengatakan, “Andaikan kamu tidak membalas kepada kami
atas apa yang pernah kami lakukan kepadamu, atau tindakanmu terhadap kami itu
tanpa diawali dengan pengkhianatan dari pihak kami, tentu masalahnya seperti
yang kamu katakana. Akan tetapi kamilah yang memulainya lebih dahulu, lalu apa
kesalahanmu terhadap kami? Dan apa yang menghalangimu untuk percaya kepada
kami? Maka kemarilah, sesungguhnya kamu akan aman dan dijamin selamat.”
Apa yang dapat anda simpulkan dari cerita di atas? Silahkan tulis di kolom komentar.
Dikutip dari: Wasmukan (penerjemah), "Raja dan Burung Fanjah" dalam Hikayat Kalilah & Dimnah Fabel-Fabel Alegoris, Pustaka Hidayah, Bandung, 2004.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar